BATAM

Pemko Batam Gunakan Sistem Scada Dianggap Manjur Tekan Kebocoran Distribusi Air Bersih di Belakangpadang

 

KARIMUNTODAY.COM, BATAM – Untuk meningkatkan pelayanan air bersih di Kecamatan Belakang Padang, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (CKTR) Kota Batam menggunakan sistem Supervisory Control And Data Acquisition (SCADA). Peresmian implementasi SCADA dilaksanakan dalam rangkaian Pesta Rakyat HUT Kemerdekaan RI ke-73 tingkat Kecamatan Belakangpadang di Dataran Langlang Laut, Jumat (17/8), kemarin.

“Insya Allah pada tahun ini (2018), mulai hari ini akan diterapkan di unit produksi WTP (water treatment plant) Belakangpadang, sistem SCADA. Dengan sistem ini, seluruh proses dalam pengelolaan air bersih di Belakangpadang bisa dikontrol dalam satu layar secara auto,” kata Suhar,

Kepala Dinas CKTR Kota Batam, ditengah kesibukannya, pada peresmian sistem Scada di Belakang Padang. Dijelaskan, sistem SCADA ini diharapkan bisa memperbaiki permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan air bersih di Belakangpadang selama ini. Pertama yaitu menekan angka kebocoran yang masih cukup tinggi. Tingkat kebocoran yang masih tinggi, rata-rata lebih kurang 35 persen. Kalau dibandingkan yang ada di Batam, khususnya yang dikelola Adiya Tirta Batam (ATB), memang masih jauh ketinggalan. Karena ATB itu bisa tekan sampai 20 persen.

“Permasalahan kedua yang ingin diatasi dengan sistem SCADA ini adalah tingginya biaya produksi air bersih dari air baku. karena biaya produksi air bersih saat ini sekitar Rp19.000. Sedangkan tarif yang dibayar masyarakat masih di bawah itu karena ada subsidi pemerintah yang cukup besar untuk menutupi harga air pokok tersebut,”ujarnya.

Menurut Suhar, sebenarnya salah satu komponen biaya ini adalah tenaga. Dengan adanya SCADA ini tidak perlu banyak-banyak. Tenaga yang ada bisa didistribusikan ke tempat lain. Sedangkan masalah ketiga yang bisa diselesaikan dengan SCADA adalah pengaduan pelanggan. Ia mengatakan selama ini pengaduan pelanggan agak lambat ditangani karena masih manual. Suhar berharap dengan sistem baru ini pelayanan pengaduan bisa ditingkatkan kualitasnya.

“Untuk atasi tiga hal tersebut kami mencoba perbaiki sistem secara auto. Proses jarak jauh yang biasa dipakai industri skala besar bisa dipantau dari layar secara auto. Kami harap bisa memberikan manfaat sebesar-besarnya sehingga pengelolaan air bersih bisa efisien,”terangnya.

Pejabat eselon II asal Kampar, Riau ini memaparkan saat ini ada lebih kurang 23.000 jiwa masyarakat di tiga kecamatan pulau penyangga (hinterland) yang terlayani air bersih. Mereka tersebar di 19 lokasi di Kecamatan Belakangpadang, Bulang, dan Galang. Sistem SCADA untuk sementara ini baru diterapkan untuk pelayanan air bersih di Belakangpadang saja. (*/r)

laporan : helmi ridar

editor : indra h piliang

sumber : media center

Loading...
 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close
Close