LIMAPULUH KOTASUMBAR

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko Kenang Peristiwa Situjuah: Besar, Penting, dan Sakral

 

KARIMUNTODAY.COM, LIMAPULUH KOTA – Selasa (15/1/2019), Kepala Staf Kepresidenan menjadi inspektur upacara pada peringatan peristiwa Situjuah ke-70 di lapangan Chatib Sulaiman Situjuh Batua, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Peristiwa Situjuah menunjukkan kegigihan para pejuang kemerdekaan di bawah pimpinan Safruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran RI waktu itu untuk mempertahankan kemerdekaan. Pada pagi hari, 15 Januari 1949, pukul 05.00, sehabis mengadakan rapat untuk melawan penjajah Belanda, rumah pertemuan dihujani peluru dari atas bukit.Dalam peristiwa itu, 9 orang patriot gugur. Sementara jika dijumlah, pada hari itu, tercatat 69 orang pejuang gugur.

Dalam sambutannya, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan, upacara yang dilaksanakan tepat 70 tahun ini untuk mengenang peristiwa besar, penting, dan sakral dalam mengusir penjajah, sehingga semangat patriotisme yang ditunjukkan bisa memberikan inspirasi, pada anak bangsa.

“Saya merasakan saat peristiwa itu terjadi. Kita petik peristiwa ini, untuk kemajuan bangsa,” katanya dihadapan sekitar 5.000 orang yang memenuhi lapangan tempat upacara. Moeldoko menggarisbawahi, tanah Minang memberi banyak sumbangan sejak masa kemerdekaan sampai saat ini. Ia pun mengutip ucapan Bung Hatta:

“Pahlawan yang setia, bukan dikenal namanya, tapi untuk cita-cita bangsanya.”

Menurutnya, filosofi ucapan tersebut sungguh sangat dalam. Bahwa, setiap perjuangan memiliki nilai untuk kelangsungan sebuah bangsa. Panglima TNI periode 2013-2015 ini pun berharap semangat heroik tersebut, tidak hanya berhenti dalam sebuah upacara.

Namun diteruskan dan diwariskan kepada generasi muda, bahwa nilai-nilai kejuangan tidak boleh luntur. Begitu besarnya peran orang Minang dalam percaturan membangun bangsa, Moeldoko menggarisbawahi dua hal yang bisa menjadi bahan renungan. Pertama, orang Minang, ikut menentukan pejuang bangsa Indonesia. Kedua, orang Minang harus ikut menentukan masa depan bangsa Indonesia.

Peraih Adhi Makayasa ini tahun 1981 ini pun tak melupakan tokoh asal Sumatera Barat, Buya Hamka yang selalu menyuarakan hal-hal yang sejuk. “Apa yang diucapkan beliau, masuk dalam pikiran dan hati saya. Jadi sampaikan hal-hal yang benar dan bijak. Karena suara kebenaran akan dikenang dan dipedomani selama-lamanya.” Tak lupa, Kepala Staf Kepresidenan, menyampaikan salam hangat dari Bapak Presiden, yang tak bisa hadir karena ada keperluan lain.

Sementara itu Bupati Lima Puluh Kota H. Irfendi Arbi mengajak masyarakat untuk bersyukur. Peringatan ini menjadi momentum menghormati jasa para pahlawan, sekaligus menjadi kesempatan setiap elemen bersatu untuk membangun.

“Kita lawan hoax, kita kedepanpan musyawarah untuk mufakat,” ungkapnya penuh semangat.

Masyarakat juga pantas bersyukur atas program dan janji presiden Jokowi. Atas pembangunan adil dan merata, serta adanya kucuran dana desa. Dalam upacara ini juga diberikan berbagai penghargaan pemerintahan kepada aparat TNI, Polri, dan sipil yang berprestasi di berbagai bidang yang diserahkan langsung oleh Kepala Staf Kepresidenan. Sebelum diakhiri, dipertunjukkan tarian kolosal 1.000 orang yang menggambarkan semangat kebersamaan,

persatuan, dan cinta Tanah air. Sebagai rangkaian upacara peringatan Situjuah ke-70 dilakukan upacara dan tabur bunga ke Taman Makam Pahlawan, tempat 9 orang yang gugur dimakamkan tak jauh dari lokasi mereka diserang oleh Belanda. Kepala Staf Kepresidenan bertindak selaku inspektur upacara.

Sementara Wakil Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Arcandra Tahar memimpin doa yang juga dihadiri oleh Andrinof Chaniago.(*/r)

Laporan     : Wahyu Uliadi

Editor         : Indra H Piliang

Loading...
 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Close
Close