JAWA TENGAH

Dampak Dari Pendidikan Daring, Keluhan datang Dari Berbagai Pihak

KARIMUNTODAY.COM, TANGGERANG – Anjani Putri, siswa usia 11 tahun yang duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar (SD) di daerah Tangerang – Banten, ia harus mengubah metode belajar nya sejak satu tahun yang lalu, tepatnya saat Pandemi Covid-19 menyerang Indonesia. Metode pembelajaran daring (Online Learning)  di terimanya saat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menerbitkan Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19).

Menurut berbagai pengamat awalnya metode ini cukup tepat karena bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di lingkungan pendidikan dan  juga salah satu solusi untuk tetap bisa memenuhi hak peserta didik dalam mendapatkan layanan pendidikan di masa darurat atas Covid-19. Tidak sampai disitu,  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)  juga menerbitkan pedoman pendukung terkait pelaksanaan kurikulum pada satuan pendidikan dalam kondisi khusus diantaranya:  Tetap mengacu pada kurikulum Nasional,  menggunakan kurikulum darurat, atau melakukan penyederhanaan kurikulum mandiri.

“Semua jenjang pendidikan pada kondisi khusus dapat memilih dari tiga opsi kurikulum tersebut,” kata Mendikbud yang dilansir dari tirto.id.

Metode daring menurut Anjani lebih rumit daripada belajar tatap muka,  alasannya karena tugas numpuk dari sekolah yang membebani nya hampir setiap hari di tambah dalam satu hari tersebut sekitar 2-3 Jam harus melihat layar handphone guna mengikuti pembelajaran Via WhatsApp yang di selenggarakan pihak sekolah,  apalagi kelas 5 dan 6 untuk kurikulum nya sendiri cukup padat, jadi wajar saja jika rasa jenuh bersarang menghinggapi Anjani.

Selaras dalam menunjang peserta didik untuk menjalankan pendidikan jarak jauh,  berbagai fasilitas di siapkan oleh Pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran Wali Murid seperti halnya membeli Kouta Internet untuk sang anak, Pemerintah Kota Tangerang salah satunya yang menyediakan fasilitas Internet Gratis yang tersebar di setiap RW dimana untuk membantu proses belajar pada peserta didik.

“Adanya wifi sangat membantu saya dan teman-teman dalam mengerjakan tugas dari sekolah. Sebenarnya kami bosan belajar begini, kami ingin kembali belajar seperti biasa di sekolah. Kami bosan,” ungkap Anjani saat mendapati sedang mengerjakan tugas bersama temannya, Kamis (11/02/21).

Jika melihat realita yang ada peserta didik di paksa untuk bisa beradaptasi dengan kondisi saat ini, padahal jika bicara efektivitas metode pembelajaran, yang punya pengaruh besar dalam perkembangan peserta didik adalah dengan metode pembelajaran secara tatap muka sebagaimana juga yang pernah di ungkapkan Pengamat Pendidikan, Aulia Luqman Azis.

“Proses belajar-mengajar secara tatap muka ada nilai yang bisa di ambil oleh peserta didik. Seperti proses pendewasaan sosial, budaya, etika, dan moral. Hal itu bisa di dapatkan dengan interaksi sosial di suatu lingkungan pendidikan,” kata Lukman.

Sebenarnya jika mengacu pada pelaksanaan kurikulum Pendidikan dalam kondisi khusus,  Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) secara tidak langsung membebaskan sekolah untuk memilih diantara tiga opsi itu,  secara tidak langsung juga sekolah bisa berkesempatan untuk berinovasi bagaimana mengembangkan konsep pendidikan agar bisa di terima oleh para peserta didik dalam kondisi urgent seperti saat ini, namun melihat apa yang di rasakan sebagaimana yang di alami oleh Anjani, sepertinya metode pembelajaran daring sudah tidak bisa terus di langgengkan dengan pertimbangan mental dan psikologi peserta didik bisa terganggu serta dapat menurunkan tingkat kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pada pendidikan itu sendiri.

Walaupun Mendikbud pernah menghimbau kepada Guru untuk melakukan asesmen diagnostik secara berkala yang tujuannya untuk mendiagnosis kondisi kognitif dan non-kognitif peserta pendidik sebagai dampak pembelajaran jarak jauh. Asesmen kognitif bertujuan untuk menguji kemampuan dan pencapaian pembelajaran siswa, sedangkan Asesmen non-kognitif bertujuan untuk mengukur aspek psikologis dan kondisi emosional peserta pendidik. Namun jika coba mencermati secara seksama, sekolah lebih memilih untuk tetap mengacu pada kurikulum nasional dengan memberikan modul LKS kepada siswa sebagai bahan tugas.

Kondisi-kondisi itu menjadi perhatian Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Survei dari KPAI sendiri tentang pelaksanaan proses belajar jarak jauh di 20 Provinsi dan 54 Kabupaten/Kota menyebutkan sebanyak 73,2℅ siswa dari 1.700 responden, atau 1.244 siswa mengaku terbebani tugas dari para guru.

Menurut Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti mengatakan jika kurikulum pendidikan tidak disederhanakan, anak didik akan stress. Mereka terbebani dengan materi belajar yang menumpuk, itu berdampak pada tekanan psikologi sehingga para siswa rawan mengalami kesehatan mental.

Menurut Abdul Mukti, Aktivis Mahasiswa dari Forum Aksi Mahasiswa (FAM) Tangerang mengungkapkan bahwa metode pembelajaran tatap muka harus segara di lakukan mengingat kondisi peserta didik saat ini mengkhawatirkan  dan jika itu terus di biarkan akan menyebabkan menurunnya kualitas dari pendidikan itu sendiri juga akan berdampak pada terganggunya mental sang anak.

“Sebenarnya apa sih yang menjadi pertimbangan Kemendikbud untuk tidak segera menyelenggarakan pendidikan tatap muka? Padahal untuk menghindari kerumunan itu kan bisa dengan tetap menjalankan protokol kesehatan,” kata Mukti yang di hubungi Via WhatsApp.

Selanjutnya banyak keluhan dari masyarakat, kenapa dunia pendidikan tak kunjung juga di buka, padahal tempat-tempat lain yang memiliki tingkat kerentanan penyebaran Covid-19 di biarkan.

“Disini tinggal bagaimana keberanian dari kemendikbud untuk mengeluarkan kebijakan pembelajaran tatap muka. Padahal untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 bisa di siasati teknisnya. Banyak keluhan datang dari, saya pribadi curiga jangan-jangan ada permainan disini kenapa hanya sektor pendidikan yang belum juga di buka,” tutupnya.(RW)

 

Loading...
 

Tags
Close
Close