JAWA TENGAH
Gegara Proyek Normalisasi Saluran Sekunder, Ribuan Warga Desa Pranten Krisis Air Bersih

KARIMUNTODAY.COM, GROBOGAN – Ribuan warga Desa Pranten,Kecamatan Gubug,Kabupaten Grobogan,Jawa Tengah,mengalami krisis air bersih. Krisis air bersih terjadi sudah 3 bulan sejak musim kemarau tiba.
Krisis air kian parah,sejak adanya proyek pekerjaan normalisasi saluran sekunder Daerah Irigasi ((DI) Glapan Barat dari Desa Gubug menuju Desa Baturagung. Sehingga,membuat sumur-sumur warga yang mengandalkan air resapan saluran itu mengering dan berakibat warga krisis air bersih.
Kepala Dusun Pranten Muh Rodli mengatakan, krisis air bersih di Desa Pranten terjadi sejak tiga bulan lalu akibat adanya pekerjaan normalisasi saluran sekunder Daerah Irigasi (DI) Glapan Barat.
“Kekeringan sudah 3 bulan,sejak saluran sekunder Daerah Irigasi (DI) Glapan Barat ada normalisasi. Baru tahun ini Desa Pranten kekeringan parah,”ucap Muh Rodli,Rabu(18/10/23).
Muh Rodli menjelaskan, sebagian besar sumur-sumur warga Desa Pranten mengandalkan air resapan dari saluran irigasi sekunder itu untuk kebutuhan air bersih sehari-hari. Namun,sejak saluran itu dibangun dan ditutup tidak ada air yang mengalir. Sehingga sumur-sumur warga itu pun mengering tidak ada air.
“Warga mengandalkan air dari sungai (irigasi) untuk kehidupan,dan pertanian. Biasanya kalau musim kemarau paling tidak satu bulan sekali saluran irigasi dialiri air. Tapi ini sama sekali tidak dialiri air,”ungkap MUh Rodli.
Terkait pekerjaan saluran sekunder itu, Muh Rodli juga menuturkan belum ada tanda-tanda selesai.

“Pekerjaan normalisasi saluran belum ada tanda-tanda jadi, masih ditutup total pakai tanah, akhirnya sumur warga kering,”jelas Muh Rodli.
Secara keseluruhan,Muh Rodli menyebut, total ada seribu lebih warga di Desa Pranten yang mengalami krisis air bersih. Secara keseluruhan warga di 2 RW di Desa Pranten yang mengalami krisi air bersih.
“Di RW 01 ada tiga RT, RW 02 ada tiga RT yang krisis air bersih. RW 03 untuk sementara masih aman belum ada laporan ke desa minta air bersih, sekitar seribu warga itu terdapat di 2 RW,” jelas Muh Rodli.
Sementara,Sukinah, warga Desa Pranten mengaku krisis air bersih sudah berjalan 3 bulan, akibat sumur-sumur warga yang biasanya mengandalkan resapan air saluran irigasi kering.
“ Warga kekurangan air,karena sumur-sumur tidak ada air,sudah tiga bulan. Kalau tidak ada air untuk minum kita beli,tapi kalau untuk mandi mengharapkan bantuan air,”ucap Sukinah.
Hal yang sama juga disampaikan Ali Munawar, baru tahun ini Desa Pranten mengalami kekeringan parah tidak seperti tahun lalu. Penyebabnya karena adanya pekerjaan normalisasi saluran sekunder Glapan Barat yang melintas di Desa Pranten.
“Pihak-pihak terkait terutama pihak kontraktor pekerjaan normalisasi saluran sekunder harus bertanggungjawab atas krisis air yang dialami warga,karena saluran kering sumur warga juga ikut kering,” ungkap Ali.
Selain Desa Pranten,terdapat empat desa yang mengandalkan hidup dari saluran sekunder Daerah Irigasi (DI) Glapan Barat itu. Baik untuk kebutuhan sehari hari maupun untuk pertanian. Desa tersebut yakni,Desa Jatipecaron,Desa Baturagung,Desa Ringinkidul,dan Desa Ringinharjo.(nur)
