KARIMUNTODAY.COM, KUNDUR – Banyak kisah mengenai asal usul moon Festival atau Festival musim gugur menurut sejarah masyarakat Tionghoa, demikian pula halnya dengan sejarah, beberapa legenda yang mengisahkan tentang moon atau bulan secara adat orang cina atau tionghoa.
Pada masa Dinasti Tang 618 sampai 907 setelah Masehi, konon pemujaan kepada bulan sangat populer kendati para pujangga banyak yang merangkai bait puisi yang berkaitan dengan bulan sebagai sebuah kekaguman, sehingga kaisar Xuang Zong mimpi berkunjung ke istana bulan dan mendengar alunan lagu.
Kendati demikian pada zaman dinasti Song Utara 960 sampai 1127 setelah melalui, tanggal 15 bulan 8 penanggalan lunar telah ditetapkan sebagai Festival musim gugur sejak itu terjadinya pemberian persembahan pada bulan dan merupakan hal lazim yang menjadi sebuah tradisi buat kaum Tionghoa. Oleh sebab itu selama masa Dinasti Ming 1368 sampai 1644 sesudah Masehi dan Dinasti Qing 1644 sampai 1912 sesudah Masehi Festival musim gugur menjadi hampir sama populernya seperti tahun baru Imlek.
Herman panitia, Moon Festival yang dijumpai disela-sela kegiatan di Vihara Dharma Shanti Kecamatan Kundur Kabuapaten Karimun Propinsi Kepri, Sabtu 14 September 2019. “Menurut Herman, Moon Festival seperti ini kita lakukan setiap tahun yang bertepatan tanggal 14 bulan 8 secara penanggalan lunar. Herman juga mengapresiasi anak-anak muda Tionghoa yang hadir di Moon Festival tersebut, sehingga kegiatan tradisi seperti Moon Festival sebagai tradisi yang menjadi peninggalan peradaban orang-orang tua kita terdahulu bisa dipertahankan.
“Sejarah Moon Festival juga diceritakan oleh salah seorang tokoh Tionghoa Pulau Kundur yang tidak mau disebut namanya oleh media ini. Menurutnya tanggal 14 bulan 8 disebut Ying Yue Hui yang bermakna pesta menyambut bulan purnama. Selain itu tanggal 15 bulan 8 disebut Shang Yue Hui yang bermakna pesta menikmati pemandangan bulan purnama dan juga tanggal 16 bulan 8 disebut Zui Yue Hui maknanya pesta mengejar bulan purnama.
Sehingga pemujaan terhadap bulan mensyaratkan penempatan meja besar yang bertempat di sebuah halaman di bawah cahaya rembulan lalu meletakkan buah-buahan makanan ringan di atas meja tersebut.
Namun diera digitalisasi seperti sekarang ini banyak kegiatan tradisi yang sudah hampir punah, disebabkan adanya pergantian modern yang serba instan.Masyarakat terkadang lebih cenderung memilih pergi berlibur ketimbang mengikuti perayaan Moon Festival atau Festival musim gugur,” ungkap tokoh Tionghoa yang enggan jati dirinya disebut oleh karimuntody.com Minggu 15 September 2019 (*)