SUMATERA UTARA

Opini! Istilah” Daring dan Luring” dalam pendidikan Indonesia saat ini

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Pendidikan juga akan memberikan pengalaman-pengalaman belajar di dalam program-program pendidikan formal, nonformal atau informal di sekolah.

Dalam dunia pendidikan,sekolah menjadi institusi yang di harapkan dapat membentuk karakter generasi muda. Dari konteks ini pendidikan dimaknai sebagai proses untuk memanusiakan manusia untuk menjadi manusia dewasa seutuhnya. Melalui pendidikan siswa diharapkan mampu memahami dan mengembangkan pola pikir,nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat.

Namun saat ini, Corona virus sedang menjadi masalah yang melanda dunia tidak luput negara Indonesia. Virus ini menyebabkan banyak kegiatan di berbagai bidang terhenti guna meminimalisir penyebaran yang terjadi. Salah satu bidang yang berdampak akibat corona virus ini yaitu bidang pendidikan. Hal ini menyebabkan Indonesia harus aktif dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.

Perkembangan teknologi pendidikan menjadi faktor penting dalam menyelesaikan masalah pendidikan saat pandemi COVID-19. Teknologi pendidikan dapat memberikan kemudahan informasi serta penyampaian materi sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan tidak menjadi kendala terkhusus pada saat daring ataupun luring. Istilah pembelajaran daring dan luring muncul sebagai salah satu bentuk pola pembelajaran di era teknologi informasi seperti sekarang ini. Daring merupakan singkatan dari

“dalam jaringan” sebagai pengganti kata online yang sering kita gunakan dalam kaitannya dengan teknologi internet. Pembelajaran Daring adalah sistem belajar langsung dengan memanfaatkan komunikasi dan teknologi internet serta dilaksanakan secara online menggunakan aplikasi pembelajaran maupun jejaring sosial. Pembelajaran ini dilakukan tanpa melakukan tatap muka, tetapi melalui platform yang telah tersedia. Segala bentuk materi pelajaran didistribusikan secara online, komunikasi juga dilakukan secara online, dan tes juga dilaksanakan secara online. Sistem pembelajaran melalui daring ini dibantu dengan beberapa aplikasi, seperti Google Classroom, Google Meet, Edmodo dan Zoom.

Selama pelaksanaan daring,peserta didik memiliki keleluasaan waktu untuk belajar.Peserta didik dapat belajar kapan pun dan dimana pun dan dapat berinteraksi dengan guru pada waktu yang bersamaan,seperti video call atau live chat.Akan tetapi belajar secara daring tentu memiliki tantangannya sendiri. Siswa tidak hanya membutuhkan suasana di rumah yang mendukung untuk belajar, tetapi juga koneksi internet yang memadai. Namun, proses pembelajaran yang efektif juga tak kalah penting.

Luring adalah kepanjangan dari “luar jaringan” sebagai pengganti kata offline. Kata “luring” merupakan lawan kata dari “daring”. Dengan demikian, pembelajaran luring dapat diartikan sebagai bentuk pembelajaran yang sama sekali tidak dalam kondisi terhubung jaringan internet maupun intranet. Sistem pembelajaran luring (luar jaringan) artinya pembelajaran dengan memakai media, seperti televisi dan radio. Jika peserta didik menulis artikel atau mengerjakan tugas di Microsoft Word dan tidak menyambungkannya dengan jaringan internet, maka itu adalah contoh aktivitas luring dan jika siswa melakukan tatap muka dengan bertemusecara langsung tanpa menggunakan internet, hal itu adalah contoh aktivitas luring.

Sistem pembelajaran daring dan luring mau tidak mau harus tetap dilakukan di tengah pandemi COVID-19. Sebab, tidak mungkin peserta didik dibiarkan libur panjang hingga virus corona pergi. Dan kita tidak tau kapan virus corona ini hilang dari permukaan bumi.  Dalam proses pembelajaran daring dan luring menggunakan teknologi berupa aplikasi dan internet, siswa memang akan mendapatakan beberapa kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan yang siswa dapatkan antara lain:

  1. Tidak ada batasan bagi siswa untuk mengeksplor materi pembelajaran
  2. lebih fleksibel dengan waktu
  3. mendapatkan pengalaman baru dengan belajar menggunakan aplikasi
  4. mudah didokumentasikan
  5. ramah lingkungan
  6. alternatif selama social distancing.

Untuk kekurangan yang dialami siswa sendiri memang berbeda-beda,contohnya:

  1. Jaringan internet yang lemot.

Sistem pembelajaran daring dan luring dapat berjalan efektif jika jaringan internetnya bagus.

Tapi tidak semua siswa bisa mendapatkan jaringan internet yang bagus,apalagi bagi siswa yang

tidak di desa terpencil ataupun sulitnya akses internet didapat karena faktor alam.

  1. Kuota internet terbatas.

Orang tua yang terkena dampak COVID-19 pasti akan kesulitan untuk membeli kuota internet.

Terutama orang tua yang secara ekonomi tidak memadai. Penghasilan yang didapat untuk makan hari ini saja sudah sangat bersyukur. Ada juga orang tua yang terbebani karena di-PHK oleh perusahaan ditambah lagi keharusan membeli kuota internet.

  1. Kegiatan Belajar Mengajar(KBM) tidak efektif.

Sistem pembelajaran daring dan luring tentu tidak seefektif pembelajaran di sekolah. Hal ini terjadi karena beberapa faktor. Misalnya pengurangan jam mengajar. Guru-guru yang biasanya mengajar 4 jam di sekolah, terpaksa hanya mengajar selama satu jam. Dampak lanjutnya, peserta didik akan kesulitan memahami materi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat. Apalagi harus terus menatap ke layar hp atau laptop membuat mata cepat lelah dan sakit.

Kekurangan yang terjadi selama pembelajaran diatas harus segera dicarikan solusinya agar mutu pendidikan tidak menurun, berikut ini solusi yang mungkin dapat diterapkan untuk mengurangi tiga kesulitan di atas:

  1. Bantuan pemerintah dan sekolah. Terkaitnya dengan orang tua yang kesulitan mendapatkan kuota internet, saya kira pemerintah perlu hadir dan bahkan memberikan bantuan. Maksudnya, pemerintah tidak hanya membuat regulasi dan kebijakan pembelajaran melalui sistem Daring dan Luring di setiap sekolah. Akan tetapi,pemerintah mau tidak mau harus menyediakan anggaran khusus untuk pembelian kuota internet bagi peserta didik yang orang tuanya tidak mampu. Terlebih lagi untuk peserta didik yang orang tuanya terkena dampak corona. Semisal di-PHK oleh perusahaan, penghasilan yang tidak mencukupi.
  1. Masalah KBM yang kurang efektif. Sekolah dan para staffnya perlu menemukan cara tersendiri agar materi yang dipelajari sebisa mungkin dapat dipahami oleh peserta didik. Tidak harus memaksa peserta didik untuk memami materi pembelajaran secara 100 %, 50-70 % saja sudah cukup. Setidaknya mereka tetap memahami materi yang sedang dipelajari. Menciptakan suasana yang menyenangkan selama KBM berlangsung juga dapat dilakukan,misalnya membuat games menarik sesuai dengan materi pembelajaran agar tidak membosankan.

Sistem pendidikan yang berbasis teknologi memang dibutuhkan saat ini.Pengajar dan peserta didik dituntut untuk mengikuti perubahan yang ada dan sebagai bentuk dari perkembangan pendidikan di Indonesia. Kita memang tidak tau sampai kapan virus corona melanda negara dan dunia.Tapi yang terpenting mencari solusi terbaik untuk pendidikan agar terus berjalan demi kemajuan para generasi muda Indonesia. (*)

Penulis : Nia Natasha Lumban Toruan Mahasiswi Universitas HKBP Nommensen,Prodi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

 

Loading...
 

Tags
Close
Close