BENGKALISPEKANBARURIAU

Pesona Beting Aceh Hiasi Keindahan Rupat Utara

Oleh: Ridwan Alkalam, S.Pi
Popularitas Pulau Rupat, di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau secara nasional belum setenar pulau lain seukurannya, seperti pulau Batam apalagi Pulau Bali.
 
Namun, potensi wisata alam pulau yang cukup dekat dengan wilayah administratif Kota Dumai tersebut cukup menjanjikan sebagai salah satu ikon wisata alam bahari di Provinsi Riau.
 
Sebut saja objek wisata alam Pantai Ketapang, Pantai Lapin, Pantai Pesona dan lebih menarik lagi pulau Beting Aceh dengan kelebihan objek pantai pasir putihnya, di Kecamatan Rupat Utara yang semuanya berhadapan dengan kawasan laut Selat Malaka. Itu belum lagi potensi beberapa objek wisata lainnya yang belum mulai digarap secara resmi oleh pemerintah.
 
Siang yang cerah, Rabu 27 Juli 2022 lalu adalah kali pertama diriku menginjakkankaki di salah satu gugus pulau  di Kabupaten Bengkalis, yakni Pulau Rupat. Akses tercepat bagi pengunjung dari luar daerah adalah dari Kota Dumai dengan menyeberang menggunakan Kapal Roro (Roll-on/ Roll-off) hanya beberapa menit. Tak
ada halangan menuju Pelabuhan Roro Bandar Sri Junjungan Dumai, hingga menyeberang sampai di Pelabuhan Tanjung Kapal, bagian selatan Pulau Rupat ini.
 
Rasa suka cita pun tiba, ketika bus berukuran sedang yang kutumpangi pun mulai bergerak menelusuri jalan menuju bagian wilayah Rupat Utara, yang sebelumnya dikenal dengan pesona keindahaan wisata alam baharinya. Belum kuketahui saat itu, apakah ada atau tidak transportasi khusus menuju kawasan Rupat Utara melalui akses jalan darat melintasi pesisir Pulau Rupat ini.
 
Bus khusus yang kutumpangi bersama rombongan Bank Indonesia (BI) Kanwil Provinsi Riau terus melaju menyusuri jalan lebih kurang sepanjang 80 kilometer dari pelabuhan Tanjung Kapal, Rupat bagian selatan.
 
Tak satupun luput dari pengamatanku sepanjang perjalanan menyusuri pesisir pantai Pulau Rupat menuju bagian Utara yang ditempuh lebih kurang selama 2,5 jam tersebut. Suguhan pemandangan alam hutan bakau diselingi rumah penduduk menjadi ciri khas kawasan hutan bakau Pulau Rupat dapat kuamati dengan jelas.
 
Kondisi jalan yang dilalui memang belum semulus jalan raya umumnya, karena sebagian jalan juga masih berbentuk pengerasan maupun semenisasi di beberapa ruasnya. Sesekali kenyamanan duduk sedikit terganggu, ketika roda kendaraan melintasi jalan yang tidak rata. “Wuiih…, adventure dan challenges bangets,”
celoteh teman sebelah dudukku.
Suasana di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau, Kamis (28/07/2022).
 Bahkan peta satelit Google map pun tak henti penulis update, telah sampai mana perjalanan yang ditempuh dan akan ditempuh menyusuri pesisir Timur Pulau Rupat tersebut. Syukur saja saya menggunakan jaringan salah satu operator seluler cukup terkenal, sehingga kelangkaan jaringan tidak begitu berarti dan Google map terus diamati sepanjang perjalanan.
 
Keyakinan gambaran Pulau Rupat Utara hanya memiliki spot unggulan pantai semakin menguat, seiring nyaris tidak adanya pemandangan indah sepanjang perjalanan yang terlihat, kecuali view hutan bakau. “Ini benar-benar tantangan bagi pelancong, ada unsur adventure-nya, juga neeh,” gumam penulis dalam hati.
 
Bus terus meluncur mengejar waktu hingga rembang petang. Dari kejauhan, sudah terlihat kawasan pemukiman tertata rapi, Vila Anting Putri yang kami tuju. “Alhamdulillah sampai, suguhan air kelapa muda sebagai welcome drink meluruhkan rasa penat sembari menikmati pemandangan pantai Selat Malaka di depan mata,” celetukku lagi.
 
Tak mau kehilangan momen, petugas pelayanan Villa Anting Putri pun menjadi sasarannku untuk kucecar berbagai pertanyaan menjawab rasa keingin tahuanku. “Ini laut di hadapan kita, langsung berhadapan dengan laut dan daratan negeri seberang, Malaysia,” sebut pelayan villa kepadaku.
 
Belum terbersit dalam ingatanku untuk beristirahat terlebih dahulu meski perjalanan 2,5 jam cukup melelahkan. Informasi terus kugali untuk mengetahui pesona alam sekitar Pulau Rupat Utara, termasuk sasaran utama nantinya menuju Beting Aceh, sebuah pulau kecil dengan hamparan pasir putih cukup luas yang cukup dikenal selama ini.
 
Sembari berbincang dengan petugas pelayan villa, terlihat dua anjungan di bibir pantai di kawasan villa, yang kupikir posisi sangat strategis untuk menyaksikan kondisi dan aktivitas perairan Selat Malaka secara langsung, siang ataupun malam. Tak ada suara hingar bingar seperti di kota, suasana taman Villa Anting Putri benar-benar alami dengan hiasan suara hempasan air di bibir pantai. “Seru bangets guuyss…,” gumamku dalam hati.
 
Sorepun merebak, kuputuskan untuk sejenak melepas lelah dan berbenah menghadapi suguhan acara penyambutan malam harinya, di taman pelataran Villa Anting Putriyang cukup eksotis itu.
 Suguhan makan malam dengan menu utama sea food membuatku benar-benar terasa berada di lingkungan bahari. Cukup melegakan, selanjutnya pelayan villa pun memberi kami kesempatan untuk menyaksikan atraksi seni budaya Rupat Utara, Zapin Api. Sebuah seni budaya paduan mistis religi yang disajikan Sanggar Petak Semai ini sebelumnya dikembangkan oleh nenek moyang. Tujuannya untuk memelihara kampung dan ladang dari bahaya dan bencana kebakaran, yang saat ini masih terus dilestarikan.
 
“Tari Zapin Api ini hanya ada di Rupat Utara dan biasanya ditampilkan dalam acara-acara adat, kenduri dan juga saat ini untuk menyambut tamu-tamu dan wisatawan yang datang ke Pulau Rupat,” kata Ketua Sanggar Petak Semai, Muhammad Hafiz, usai penampilan Zapin Api, saat itu.
 
Lanjutnya, Zapin Api dulunya bernama Tari Api yang selalu digelar khusus oleh nenek moyang di Rupat Utara setiap pesta panen untuk menjaga lahan dan kebun dari bencana kebakaran.
Suasana menuju Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau, Kamis (28/07/2022).
 Uniknya, sambung Hafiz, para penari Zapin Api ini hanya orang-orang pilihan. “Orang-orang yang benar-benar jujur dan belum terpengaruh dengan hal-hal negatif,  memang ditempa dan dijaga pikirannya dari pengaruh negatif,” ungkapnya.
 
Segudang catatan plus minus sepanjang perjalanan menuju objek Rupat Utara inipun terkemas rapi dalam pikiranku. Malam pun menaungi, dan kamipun beristirahathingga menjelang pagi.
 
Beting Aceh Memukau
 
Pagi, Kamis 28 Juli 2022 yang ceria, aku dan rekan lain dalam rombongan bertolak menuju Pelabuhan Desa Tanjung Medang, Kecamatan Rupat Utara yang ditempuh sekitar 15 menit perjalanan darat. Soal kondisi jalan, jangan tanya, masih tetap seperti sebelumnya, yakni sebagian semenisasi yang lumayan lebar untuk mobil jika
berpapasan. Di desa pelabuhan ini lebih lumayan ramainya, jika dibanding lokasi Vila kami menginap.
 
Dua perahu motor atau biasa disebut Speedboat telah siap menunggu kami, untuk diantarkan menuju pulau kecil Beting Aceh yang didominasi pantai pasir putih yang sangat luas. Beting Aceh ini masuk dalam wilayah Desa Suka Damai, Kecamatan Rupat Utara.
 
Kendati awalnya ada sedikit rasa cemas menaiki perahu motor ini, namun akhirnya diyakini standar pelayanan Safety First membuat kami lebih percaya diri. Sebab, jumlah pelampung disediakan sebanyak jumlah penumpang, sebagai penunjang keselamatan. “Bismillahirrahmanirrahim, ucapku sembari berdoa keselamatan”.
 
Lima belas menit seru-seruan di atas Speedboat, dari kejauhan, tanda keindahan Pulau Beting Aceh sudah terlihat. Sebagian kami terpana dan sebagian sibuk membidikkan kameranya, saat berlabuh di pantai pasir putih tak berpenghuni dan tak memiliki dermaga sandar tersebut.
 
Sejauh mata memandang, terlihat hamparan laut dan pasir putih dan hanya sekitar satu hektaran daratan yang dinaungi tumbuhan hijau. Sedangkan saat pasang, hamparan pasir putih inipun hilang tertutup air beserta ranting pohon bakau yang terdedah di hamparan pantai yang sangat menarik jadi spot foto oleh pengunjung.
 
Sayangnya, pada pulau kecil tak berpenghuni ini tak memiliki fasilitas penunjang bagi pengunjung. Hanya ada satu pondok kecil tanpa ada toilet, kamar mandi maupun tempat sampah. Bagi pengunjung juga harus membawa bekal, jika tak ingin kehausan apalagi lapar. Karena di pulau Beting yang berhadapan dengan Selat Malaka ini tidak ada orang yang berjualan makanan atau minuman.
 
Terkait kondisi Beting Aceh yang minim fasilitas ini, Kepala UPT Pengelolaan Pariwisata Rupat Utara, Nora mengatakan, untuk mengembangkan kawasan wisata ini pemerintah mesti mengambil alih terlebih dahulu. Sedangkan setakat ini hanya diurus secara swakelola oleh masyarakat desa setempat. Namun secara perlahan akan dikelola pemerintah melalui dinas terkait.
 
“Cara ini agar masyarakat saling memahami,” ucap Nora sembari menambahkan, saat ini upaya pengelolaan baru dimulai di objek pariwisata Pantai Lapin. Dengan demikian, lanjutnya, kita dapat mengetahui tingkat kunjungan objek wisata ini.
 
Terkait potensi pesona Beting Aceh dan Rupat Utara, Akademisi Pariwisata Universitas Riau Achmad Nawawi yang ternyata diantara rombongan kami mengakui di Beting Aceh ini sangat diperlukan penambahan fasilitas yang tujuannya dapat menunjang wisatawan untuk datang. Beberapa fasilitas yang perlu ditambah itu seperti toilet, gardu pandang, penambahan gazebo, dan fasilitas lainnya.
 
“Beting Aceh merupakan potensi terbesar yang ada di Riau untuk dikembangkan, karena lokasi ini memiliki keunikan tersendiri dan keunikannya juga sedikit langka,” jelasnya.
 
Namun lanjut Achmad Nawawi lagi, fasilitas bukan menjadi satu-satunya yang menjadi kendala dalam pengembangan Beting Aceh. Namun ada beberapa hal lainnya. Yang pertama adalah soal aksesibilitas yang dari Pekanbaru kemudian ke Dumai, selanjutnya dari Dumai ke Rupat dan lanjut lagi menuju Rupat Utara dengan jalur darat yang memang jalannya masih belum sepenuhnya bagus.
 
“Selanjutnya jika ingin ke Beting Acehnya, harus menyewa Roro yang harganya tidak ada standar baku. Selain itu juga tak ada informasi resmi dalam pengelolaannya,” terangnya.
 
Di sisi lain, pengelolaan Beting Aceh saat ini masih belum ada kelembagaan khusus dalam pengelolaannya.
 
“Jadi, siapa saja yang masuk dipersilahkan tanpa ada registrasi dan lain sebagainya. Setiap pompong bisa memasukkan orang ke Beting Aceh. Dan akibatnya Beting Aceh ini numpuk sampah dan lain sebagainya,” terangnya.
 
Di sisi lain juga kalau pengembangan ini tidak boleh dikembangkan pariwisata secara massal. Contohnya harus mengembangkan resort dan lain sebagainya. “Beting Aceh alangkah baiknya tetap dibuat secara alami, namun demikian harus tetap menambah fasilitas yang dapat menunjang wisatawan yang datang agar sedikit betah,” pungkasnya.
 
Dukungan Bank Indonesia
 
Mengamati realitas terseoknya pembangan beberapa spot destinasi wisata di Riau, Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Provinsi Riau bersama pemerintah akan terus mendorong potensi pariwisata Riau agar terus tumbuh.
Suasana di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau, Kamis (28/07/2022).
 Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau, Muhamad Nur mengatakan, tingkat perkembangan sebuah Objek wisata, ditentukan oleh tiga aspek penting yang menjadi dasar dalam perencanaan pengembangan pariwisata yang disingkat dengan 3A (atraksi atau sentuhan budaya lokal, amenitas atau fasilitas yang mendukung, serta aksesibilitas).
 
Sektor pariwisata Pulau Rupat ini merupakan suatu sektor yang sangat ramahterhadap lingkungan dan tak pernah habisnya. “Rupat ini adalah salah satu destinasi wisata yang bisa dikembangkan. Hasil kajian kita akan kita laporkan kepada pemerintah,” ujar Kepala Kantor Bank Indonesia Muhamad Nur.
 
Kita, lanjut Muhamad Nur, akan terus dorong perkembangan sektor pariwisata Riau, meski setakat ini Riau memiliki sumberdaya alam yang cukup melimpah. Ini penting karena posisi Riau berada pada posisi strategis.
 
“Kita butuh investasi yang dapat merubah Rupat ini menjadi kawasan wisata yang layak dikunjungi,” ujar Muhamad Nur saat turut bersama dalam kegiatan Capacity Building BI Riau bersama wartawan, di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau, Kamis (28/07/2022).
 
Untuk merealisasikan pemantapan akses jalan, lanjut Muhamad Nur, butuh dukungan investor yang siap berinvestasi di Riau, khususnya Pulau Rupat. Dukungan pemerintah juga sangat diharapkan dalam hal lainnya seperti soal lahan, perizinan.
 
Selain dukungan kajian ilmiah, Bank Indonesia sebelumnya juga akan terus mengembangkan program Pokdarwis (Kelompok sadar wisata). BI mendukung dalam bentuk memberikan bantuan bantuan, sehingga Pokdarwis ini bisa berperan dalam pengembangan pariwisata.
 
“Kita sudah mulai memberikan bantuan itu kira kira sejak dua bulan lalu,” jelasnya, sembari menambahkan, kita butuh investor untuk kembangkan destinasi wisata di Pulau Rupat ini.
 
Diharapkannya kedepan, agar ada intensitas koordinasi, komunikasi dengan pemerintah sesuai kewenangannya.
 
Harapan Bank Indonesia ini tentunya sesuai kajian yang telah dilakukan, yakni menggeliatnya sektor wisata sekaligus turut mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan pulau terluar dan terdepan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), khususnya pertumbuhan Ekonomi wilayah Provinsi Riau. Semakin tinggi aktivitas masyarakat, semakin menggeliat pula putaran roda perekonomian setempat.
 
Sebagai gambaran, setakat ini akses jalan menuju objek wisata Pulau Rupat dapat dikatakan jauh dari layak. Waktu dan jarak tempuh dari Kota Pekanbaru saja dapat mencapai 7,5 jam, itupun masih terbantu waktu tempuh akses Pekanbaru Dumai via Tol sepanjang 131 kilometer yang hanya ditempuh 2,5 jam saja.*
 
Penulis adalah: Pemimpin Redaksi karimuntoday.com
Loading...
 

Tags
Close
Close