“Kita sadari bahwa Kepulauan Riau sendiri berdekatan dengan Singapura, sehingga kita harus siap dan sigap mengantisipasinya,”kata Kapolda Kepri Irjen Pol Andap Budhi Revianto melalui Kabid Humas Polda Kepri Kombes S. Erlangga dalam rilisnya, Jumat (17/5/2019).
Dijelaskan, Informasi awal monkeypox kali pertama diidentifikasi tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo (dulu Zaire). Sejak tahun 1970, monkeypox terjadi pada 10 negara Afrika ;Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Nigeria, Pantai Gading, Liberia, Sierra Leone, Gabon dan Sudan Selatan.
“Monkeypox di luar Afrika, 2003 di Amerika Serikat (AS), tahun lalu dua kasus di Inggris dan satu di Israel,”jelas pria pangkat tiga melati dipundak itu.
Ia menuturkan, penularan cacar monyet terjadi akibat kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit atau mukosa pada hewan yg terinfeksi (kera, tikus dan tupai). Selain itu, makan daging hewan terinfeksi (masak tidak matang) juga faktor risiko terkena virus.
“Penularan sekunder dari manusia ke manusia, akibat kontaklangsung dengan lendir dari saluran pernapasan orang yg terinfeksi, lesi kulit orang yg terinfeksi/bendayang terkontaminasi cairan yang dari tubuh pasien atau dari lesi,”ujarnya.
Ditambahkannya, penularan melalui partikel pernapasan,vbutuh kontak tatap muka berkepanjangan, sehingga anggota rumah tangga orang terinfeksi berisikoter kena lebih besar.
“Gejala Monkeypox, masa inkubasi cacar monyet (interval infeksi s/d timbul gejala) 5 sd 21 hari dan Infeksi terbagi dua periode: Periode invasi (0-5 hari) ditandai demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembengkakan kelenjargetah bening), nyeri punggung, mialgia (nyeri otot) dan asthenia yg intens (kekurangan energi),”ungkapnya.
Selanjutnya, sambung dia, periode erupsi kulit ( 1-3 hari setelah muncul demam) berbagai ruam muncul, mulai wajah menyebarke bagian tubuh.Wajah (95% kasus) dan telapak tangan dan telapak kaki (75% kasus) paling terpengaruh.
“Evolusi ruammaculopapules (lesi dg basis datar) ke vesikel (lepuh isi cairan kecil), pustula, diikuti kerak terjadi sekitar 10 hari. Mungkin perlu waktu tiga minggu sebelum semua itu lenyap dari kulit,”terangnya.
Menurut info yang ia dapat, Jumlah lesi bervariasi darisekian sampai dengan beberapa ribu, mempengaruhi membran mukosa mulut (70% kasus), genitalia(30%), konjungtiva (kelopak mata) (20%), serta kornea (bola mata). Beberapa pasien alami limfadenopatiparah (bengkak kelenjar getah bening) sebelum muncul ruam ciri khas cacar monyet dibanding penyakit serupa lainnya.
“Pencegahan agar tidak tertular cacar monyet, Hindari kontak dengan tikus dan primata terinfeksi, serta batasi paparan langsung terhadap darah dan daging yang tidak dimasak dengan baik,”urainya.
Selain itu, ingat Erlangga, batasi kontak fisik dengan orang terinfeksi atau hindari bahan terkontaminasi. Pakai sarung tangan dan pakaian pelindung saat merawat orang sakit atau tangani hewan yang terinfeksi.
“Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Pengobatan dan vaksin : Tidak ada perawatan khusus atau vaksin untuk cacar monyet. Wabah cacar monyet sejauh ini masih dapat dikendalikan. Vaksinasi cacar terbukti 85 persen efektif mencegah cacar monyet di masa lalu,”ujarnya.
Terakhir ia mengatakan, penyakit cacar monyet biasanya sembuh sendiri dari gejala 14 sampai dengan 21 hari. Kasus parah terjadi lebih sering pada anak-anak dan terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan dan tingkat keparahan komplikasi pasien. Kasus kematian terjadi bervariasi, infonya 10%kasus sebagian besar anak-anak. (*/hms)
Editor : Indra h piliang