KARIMUNTODAY.COM, PEKANBARU – Rilis data inflasi oleh Badan Pusat Statistik, tingkat inflasi bulanan di Provinsi Riau tercatat sebesar 0,05% (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,38% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, realisasi inflasi tahunan Riau pada tahun 2021 tercatat cukup rendah, yaitu sebesar 1,54% (yoy).
Pada bulan Desember 2021, sejumlah komoditas mengalami kenaikan harga pada level terkendali. Tarif kontrak rumah berandil paling besar dalam pembentukan inflasi pada bulan laporan sebesar 0,04%. Hal tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat pada sektor properti, sebagaimana tercermin dari Survey Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau, M Cahyaningtyas mengatakan,
SHPR Bank Indonesia menunjukkan bahwa harga properti di Kota Pekanbaru pada triwulan IV 2021 diprediksi tumbuh 2,53% (yoy), tertinggi di Sumatera.
“Selain itu, beberapa komoditas bahan makanan seperti bawang merah dan cabai rawit terpantau mengalami kenaikan harga, seiring dengan meningkatnya permintaan pada periode Nataru,” ungkap Cahyaningtyas.
Adapun kenaikan harga pada telur ayam ras dan ayam hidup dipicu oleh kenaikan harga pakan ternak, khususnya jagung.
Sementara itu, inflasi pada akhir tahun tertahan oleh deflasi pada komoditas cabai merah dengan andil sebesar -0.33%.
Berlimpahnya pasokan yang bersumber dari sentra produksi di wilayah Sumatera, membuat harga cabai merah menurun. Beberapa komoditas bahan makanan lainnya yang terpantau turut mengalami deflasi, yaitu tomat, udang basah, wortel, dan cabai hijau.
“Penurunan harga komoditas cabai merah pada Desember 2021 mendorong relatif rendahnya inflasi tahun 2021,” jelas Cahyaningtyas.
Pasokan cabai merah relatif mencukupi kebutuhan masyarakat Riau sepanjang tahun. Di Riau, konsumsi cabai merah dalam keseharian sangat besar, sehingga kestabilan harga cabai merah berperan menahan laju inflasi tahunan.
Selain cabai merah, pasokan komoditas utama konsumsi lain seperti beras dan daging sapi cukup memadai. Hal tersebut mendorong pergerakan harga bahan pangan di Riau relatif stabil sepanjang tahun 2021.
Rendahnya inflasi Riau pada tahun 2021 tidak terlepas dari sinergi TPID se-Provinsi Riau. Salah satunya melalui inisiasi Kerjasama Antar Daerah (KAD) untuk menjaga kontinuitas pasokan. Sepanjang tahun 2021, TPID se-Provinsi Riau berhasil menginisiasi 5 KAD dengan daerah sentra produksi, antara lain Sumatera Utara untuk komoditas cabai merah, Sumatera Barat untuk komoditas beras, dan DKI Jakarta untuk komoditas daging sapi.
Memasuki tahun 2022, sejumlah risiko harus diwaspadai agar inflasi tetap terkendali. Risiko tersebut yaitu: (i) masih tingginya ketergantungan Riau terhadap pasokan komoditas pangan dari daerah lain; (ii) berbagai komoditas yang terdampak penyesuaian cukai rokok, pengenaan cukai plastik, dan pengenaan cukai minuman berperisa.
“Koordinasi TPID harus terus diperkuat agar inflasi Riau pada tahun 2022 berada pada sasaran inflasi 3,0%±1%,” tutupnya. (rid)
Loading...