PEKANBARURIAU

Tantangan Millennials di Era Disruptif

Lebih satu tahun masa pandemi Covid-19 kita hadapi sejak merebak Maret 2020 lalu hingga kini benar benar nyata dampaknya kita rasakan. Tatanan hidup masyarakatpun berubah drastis  yang awalnya dilakukan secara tatap muka (face to face) beralih ke dunia maya atau biasa disebut dengan virtual atau dalam jaringan (Daring). Kondisi yang memaksa masyarakat beradaptasi dengan tatanan hidup baru ini semakin mempopulerkan istilah Disrupsi.
Disrupsi ini diartikan di mana banyak bermunculan inovasi yang tidak terlihat, tidak disadari oleh organisasi, instansi, perusahaan, atau lembaga yang telah mapan, sehingga mengganggu jalannya tatanan sistem lama yang ada didalamnya dan berpotensi menghancurkan sistem lama tersebut.
Dampak disrupsi ini tidak hanya dirasakan oleh generasi tua, namun juga dirasakan oleh generasi millenials (generasi produktif).
Fenomena disrupsi terjadi ketika mulai bergesernya aktivitas-aktivitas yang awalnya dilakukan secara tatap muka (face to face) beralih ke dunia maya atau biasa disebut dengan virtual.
Setidaknya ada 3 (tiga) faktor yang menjadi tantangan generasi millenials saat ini.
Yang pertama yaitu terkait dengan tempat (space). Aktivitas yang biasanya dilakukan membutuhkan tempat (space) misalnya rapat sekarang sudah tidak lagi tersekat-sekat oleh ruang dan bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja dengan menggunakan media virtual seperti zoom meeting.
Yang Kedua terkait dengan informasi, Era disrupsi juga mengakibatkan keterbukaan informasi dapat diakses oleh siapapun, dimana seluruh aktivitas sudah terkoneksi dengan jaringan internet atau online, semuanya serba well connected.
Yang Ketiga terkait dengan bahasa (language), saat ini kendala bahasa tidak menjadi sebuah penghalang yang signifikan, karena sudah ada mesin penerjemah yang mampu menjadi jembatan dalam menerjemahkan bahasa satu ke bahasa lain.
Dampak disrupsi menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi generasi millenials saat ini. Ditengah pandemi Covid-19 yang kian nyata di depan mata. Dampaknya sebagian besar industri tumbang seperti industri perhotelan dan industri pariwisata. Sementara sebagian yang lain justru tumbuh cepat seperti tumbuhnya industri teknologi semacam zoom meeting dan industri logistik.
Generasi Millenials Harus Siapkan
Sebagai generasi millennials, mesti memahami perilaku atau psikologi orang lain. Hal ini penting dilakukan millenials saat ini  karena dengan memahami orang lain itu artinya semakin terbuka dengan persepsi yang berbeda dari orang lain.
Perilaku ini akan memahamkan diri generasi millenials bahwa ada orang lain yang memiliki pemahaman berbeda dengan diri kita. Generasi yang paham hal  ini akan cenderung mudah menerima kondisi dan keadaan sehingga dapat beradaptasi dengan baik.
Yang kedua, generasi millenials harus dapat memberikan nilai tambah atau value added  bagi dirinya dan apapun yang dikerjakannya. Dengan memberikan nilai tambah, generasi millennials akan menghasilkan produk yang lebih unggul dan menonjol dibandingkan dengan generasi yang lain.
Yang ketiga, generasi millennials harus memiliki kecerdasan dan wawasan yang luas. Kunci ketiga ini penting dimiliki oleh generasi millenials karena akan memudahkan dalam bergaul dengan banyak orang dari berbagai latar  belakang yang berbeda. Untuk memiliki kecerdasan dan wawasan yang luas, generasi millennials harus memiliki budaya belajar.
Menurut Pakar manajemen Peter Drucker dalam buku Learning 5.1 karya Dr. Alex Denni dikatakan
bahwa satu-satunya yang dapat menjamin generasi millenials tetap bisa relevan adalah kemampuan
learn how to learn (belajar bagaimana caranya belajar). Kemampuan belajar merupakan keterampilan awal seseorang untuk mampu menyerap ilmu dengan cepat, dan kecapatan belajar menetukan kesuksesan seseorang.
Dalam sebuah penelitian dikatakan bahwa orang sukses rata-rata membaca 4-5 buku dalam satu bulan atau 1 buku dalam seminggu.
Mungkin generasi millenials saat ini atau termasuk pembaca sekalian termasuk orang yang gemar
membeli buku, namun sedikit membaca isinya, kemudian menyimpannya ke rak buku hingga tertata rapi.
Membaca buku dan belajar dengan metode yang salah akan membuat otak menjadi lelah, dan saat
otak lelah membuat tubuh lelah selanjutnya mata akan terkatup tanpa sadar alias tidur.
Seorang pakar optimalisasi kerja otak yaitu Jim Kwik yang masa kecilnya mengalami kesulitan saat
belajar, akhirnya menemukan solusi agar bagaimana seseorang mampu belajar dengan optimal, lebih cepat dan berpikir lebih terstruktur. Jim Kwik mengenalkan sebuah konsep belajar yang dikenal dengan
metode B.E.F.A.S.T yang merupakan singkatan untuk Believe, Exercise, Forget, Active, State, dan Teach.
Believe, yaitu percayalah bahwa seseorang pasti bisa, yakin bisa, maka seseorang akan bisa. Berhentilah mendengarkan pikiran negatif dari dalam diri dan dari orang lain. Exercise artinya bergerak melakukan latihan fisik untuk mengoptimalkan kerja otak.
Ada sebuah istilah zaman Yunani Kuno “men sana in corpore sano” (dalam tubuh yang kuat terdapat mental yang sehat) masih sangat relevan. Olahraga akan menstimulasi otak sesorang menjadi lebih aktif. Forget, yaitu kemampuan seseorang dalam
mengosongkan apa yang sudah diketahuinya, karena orang yang sudah tau akan sok tahu dan tidak mau tahu.
Pikiran seseorang ibarat sebuah parasut yang hanya akan bekerja jika ia terbuka. Pikiran juga
ibarat gelas yang jika penuh maka tidak akan dapat menerima ilmu atau pengetahuan baru lagi.
Active, yaitu menjadikan seseorang terlibat secara mental (ingin tahu), emosional (senang), dan fisik (bergerak).
Pada umumnya otak akan bekerja saat mengkreasi sesuatu. Semakin seseorang aktif berinteraksi, akan
semakin baik dalam belajar dan menerima ilmu pengetahuan. State, artinya kualitas leraning tergantung
pada kondisi fisik, mood, emosi, dan gelombang frekuensi otak. Seseorang akan lebih mudah menerima ilmu saat dalam kondisi rileks dan tenang.
Teach, artinya niatkanlah belajar untuk mengajari orang lain.
Dengan mengajari orang lain seseorang akan lebih baik dalam belajar, lebih aktif dalam bertanya dan berinteraksi.
Akhirnya kunci sukses generasi millennials adalah bagaimana mereka mampu menjadikan sebuah perubahan menjadi sebuah peluang untuk terus belajar, bukan sebuah hambatan atau momok yang
menakutkan. Semua generasi memiliki kesempatan untuk memilih dan mengelola manajemen perubahan dengan gemilang. Harapan itu ada pada generasi millennials.(*)
Penulis adalah: Captain Millenials Jasa Raharja Riau
Loading...
 

Tags
Close
Close