JAWA TENGAH
Tradisi Lebaran Di Kampung Toleran, Warga Nasrani Lebaran Ke Warga Muslim
KARIMUNTODAY.COM, GROBOGAN – Sebuah tradisi unik terjadi saat lebaran Idul Fitri di kampung toleransi di Grobogan,Jawa Tengah. Di kampung tersebut,warga non muslim mendatangi rumah warga yang muslim untuk berlebaran sekaligus saling bermaafan di hari raya Idul Fitri.
Momen hari raya Idul Fitri tak hanya dilakukan warga muslim saja, di kampung toleransi Desa Penadaran, Kecamatan Gubug,Kabupaten Grobogan, warga nasrani juga memanfaatkan momen tersebut untuk berlebaran dengan berkunjung ke warga dan tetangganya yang muslim. Mereka mengucapkan selamat lebaran sekaligus silaturahmi dan halal bihalal dengan tetangga nya muslim.
Menurut Petrus Supomo, wakil umat Nasrani Santo Paulus, tradisi ini sudah dilakukan turun temurun sejak nenek moyang terdahulu. Saat momen Idul Fitri,umat Nasrani melakukan silaturahmi dalam rangka halal bihalal dengan mendatangi rumah warga yang muslim.
“ Kami dari teman teman umat Nasrani sedang bersama-sama silaturahmi, karena ini lebaran ,sesuai dengan adat kebiasaan umat di Desa Penadaran ini, kami umat Nasrani melakukan kunjungan ke rekan-rekan umat muslim,begitu pula sebaliknya saat Natal bergantian, ” ucap Petrus, Senin (24/4).
Petrus menambahkan, tradisi tersebut bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan, kekeluargaan, dan menjaga toleransi kebersamaan antar umat beragama.
“Di sini toleransinya sangat tinggi. kebersamaan, saling membantu tanpa membedakan agama. yang jelas selalu bersama sama.Tradisi model seperti ini menjadi model yang lain, inilah kebersamaan,ini membuat kita aman, tentram, damai,rukun, dan kita pun nyaman,”tutur Petrus.
Sementara H. Sawiji, tokoh agama setempat mengatakan, tradisi tersebut sudah turun temurun sejak nenek moyang yang ada di Desa Penadaran. Tradisi silaturahmi warga Nasrani dengan warga Muslim sudah menjadi rutinitas setiap hari raya Idul Fitri maupun saat Natal.
“ Tradisi tersebut sudah terjalin sejak tahun 1965, terbukti, lokasi gereja santo Petrus yang berdampingan dengan masjid jami’ Al Mualimin. Kami menyambut baik, ini untuk melanjutkan tradisi nenek moyang yang sudah lama terbina untuk saling mengunjungi,” ujar Sawiji.
Sementara,Kades Penadaran Sholehatul Ridho berharap, tradisi yang ada di desa Penadaran perlu dilestarikan untuk menjaga toleransi dan kebersamaan antar umat beragama.
“ Ini wajib dipertahankan, karena tradisi seperti ini jarang, perlu kita pertahankan kerukunan antar umat beragama di Desa Penadaran, secara umum perlu ditiru umat beragama di daerah lain yang ada di Indonesia,” harapnya.(nur)