ARTISKAMPARRIAU

Seniman Musik Band Kampar Tergeruskan dan Mengalami Vakum Selama 2 Dekade Sejak Millenium Tahun 2000

KARIMUNTODAY.COM, BANGKINANG – Selang berjalannya waktu seni dan budaya musik kian hari makin tergeruskan sedikit demi sedikit, begitu juga dengan nasib musisi Band khususnya dikampar semakin berkurangnya minat untuk berkarya.
 
Musisi-musisi musik kampar setelah vakum dari seni musik band dan sekaligus sebagai pengiring lagu-lagu daerah dengan tergerusnya musik dikampar membuat berkurangnya minat para generasi muda terhadap seni musik dan musik tradisional dikampar.
 
Padahal Semua itu juga tidak lepas dari peranan pemerintah dan masyarakat yang kurang memperhatikan musik Band dan seniman musik tradisional sebagai salah satu identitas budaya bangsa maupun suatu daerah.
 
Selain faktor pemerintah dan masyarakat, faktor lain yang mempengaruhi kurangnya minat generasi muda terhadap musik. seperti arus globalisasi yang mengakibatkan masuknya kebudayaan luar yang lebih digemari oleh generasi muda, sehingga mengurangi minat generasi muda terhadap musik dan seni musik tradisional.
 
Ketua LSM Penjara Kampar Budi Hendra. SE juga bagian dari seniman musisi kampar juga mengatakan, sengaja dirinya merangkul kembali musisi-musisi musik kampar yang telah lama vakum dari seni musik budaya kampar yang menjadi kebanggaan masyarakat Kampar dan kini peminatnya mulai berkurang. Bukan kenapa, sebagian besar diantaranya dalam kategori tidak berkembang.
 
Para personil musisi musik sekarang yang dibentuk dan dirangkul oleh Budi Hendra sekaligus Music Management didalam grup bernamakan 40+ Band, mereka adalah pecahan dari personil grup-grup band yang dulu ternama dikampar seperti.
 
Ibrahim (Dina Musika Band), Reiner (Dina Musika Band), Marhadani (Panbers Band), Arman (Omega Band), Aa’ Iwan (Santana Band), Fitra Kampar (Chi chi Musika Band), Sartunis (O.M Taruna Ria Band), dan Mega Aulia (40+ Band)
 
Bahkan ungkap Budi, banyak diantara mereka para musisi kampar sudah tidak aktif lagi untuk berkarya dan ada juga sebagian dari mereka yang sudah tiada (almarhum) maka dari itu untuk perkembangan musik di daerah kampar tentunya mereka para generasi muda sebagai penerus.
 
Pada umumnya dikalangan mereka generasi muda sudah tidak mengenal lagi seni budaya musik. Terlebih lagi di zaman millenial ini gadget secara global sangat mempengaruhi, tak dapat dipungkiri lagi budaya musik ataupun musik tradisional juga kian termarjinalkan.
 
”Dikhawatirkan seni musik daerah akan tergerus oleh zaman yang kini dalam kategori tidak berkembang,”ujar Budi, Kamis (3/11/2022).
 
Budi mengakui, hal ini juga tidak lepas dari masih rendahnya komitmen pemerintah daerah dalam memajukan kebudayaan daerah, khususnya musik Band daerah sebagai pengiring musik tradisional berakibat pada pengembangan sarana prasarana penunjang, SDM yang memiliki keahlian dibidang seni musik tradisional semakin berkurang.
 
Padahal kata dia, dalam UU Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan telah mengamanahkan bahwa pemerintah pusat dan daerah wajib membina, melindungi, mengembankan dan melestarikan kebudayaan daerah.
 
Butuh apresiasi dari pemerintah dan diharapkan akan menjadi starting point yang baik dalam mengemban sebuah misi bagaimana mengenalkan dan memajukan kembali musik dikampar, sebagaimana amanat UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.(Rudi)
Loading...
 

Tags
Close
Close