JAWA TENGAH

Ngunduh Banyu Udan, Tradisi Yang Menyatukan Warga Lintas Agama Di Desa Penadaran

KARIMUNTODAY.COM, GROBOGAN – Pemerintah Desa Penadaran,Kecamatan Gubug,Kabupaten Grobogan,Jawa Tengah,menggelar tradisi Ngunduh Banyu Udan. Selasa (10/10/2023).

Tradisi ini digelar untuk memohon kepada sang pencipta agar segera diturunkan hujan setelah hampir 6 bulan terjadi kemarau panjang.

Dalam tradisi ini sejumlah tokoh lintas agama di desa juga dipertemukan untuk berdoa bersama sebagai bentuk menjaga kerukunan lintas agama di Desa Penadaran.

Menurut Kepala Desa Penadaran Sholehaturidlo mengatakan, kegiatan tradisi Ngunduh Banyu Udan ini dilaksanakan setiap tahun sejak enam tahun lalu. Tradisi ini untuk menyambut musim penghujan yang setiap bulan 10 atau bulan Oktober.

“Pada hari ini tanggal 10 jam 10 bulan 10, setiap tahun kita adakan acara Ngunduh Banyu Udan. Acara ini sendiri bermaksud untuk menyambut musim hujan,”ucap Kepala Desa Penadaran Sholehaturidlo,Selasa(10/10/2023).

Sebelumnya, menurut Ridlo, tradisi Ngunduh Banyu Hujan atau berdoa meminta hujan tersebut dilaksanakan oleh para pemuka agama dengan cara masing-masing. Kemudian para pemuka agama disatukan dalam tradisi tersebut untuk menjalin silaturahmi antar agama dan persatuan warga Desa Penadaran.

“Sebetulnya dari lintas agama kami mempunyai ibadah masing masing,untuk meminta hujan. Kita adakan acara ini untuk mempersatukan dari lintas agama. Kita buat seremoni yang intinya kita memohon agar diturunkan hujan,” ucap Sholehaturidlo.

Tradisi yang sudah enam tahun dilaksanakan itu bertujuan untuk mempersatukan warga terutama lintas agama agar bersatu sekaligus menjalin silaturahmi antar agama dan persatuan warga di Desa Penadaran.

“Tujuannya yang pertama,untuk berdoa didatangkan hujan, dan kedua menjalin silaturahmi antar agama antar dusun agar persatuan Desa Penadaran makin guyub,”ujar Ridlo

Dengan tradisi Ngunduh Banyu Udan, berdoa minta hujan ini diharapkan hujan segera turun sehingga warga Desa Penadaran yang mayoritas merupakan petani hutan itu tidak kekurangan air dan bisa segera bercocok tanam.

“Saat ini masih kekeringan,sumber air ada tiga tower air dan sumurnya kebetulan tidak ada airnya,tidak mencukupi. Tentunya dengan kegiatan ini dengan doa kami semoga Allah Subhanahu wata’ala segera memberikan hujan turun dan cukup untuk bercocok tanam,”harap Ridlo

Sementara Utami, warga desa setempat mengaku senang bisa mengikuti tradisi Ngunduh Banyu Udan. Sudah enam bulan di desanya kekurangan air karena kemarau panjang. Ia berharap hujan cepat turun sehingga warga tidak kekurangan air.

“Ini ikut tradisi Ngunduh Banyu Udan, disini tidak ada hujan ada enam bulan. Banyak kekurangan air, karena sumur tidak ada air,” ucap Utami.
Ia berharap dengan tradisi Ngunduh Banyu Udan, atau doa meminta hujan itu, hujan segera cepat turun sehingga warga tidak lagi kekurangan air,sehingga bisa segera bercocok tanam.

“Semoga bisa cepat hujan supaya tidak kekurangan air lagi,dan bisa bercocok tanam lagi,”harap Utami.

Sebelum tradisi Ngunduh Banyu Udan dilaksanakan. perwakilan seluruh agama yang ada di desa. Mulai dari tokoh agama Islam,Kristen,dan Katolik,bersama kepala desa,perangkat desa dan pelaku kesenian desa, berjalan mengitari desa.

Dengan membawa sesaji dan hasil bumi yang dibuat menjadi sebuah gunungan,mereka mengelilingi desa sejauh satu kilometer.Setelah tiba di punden desa,gunungan tersebut menjadi rebutan warga.(nur)

Loading...
 

Tags
Close
Close